Cerita bermula saat Jobs mengunjungi pabrik Sony di Jepang pada tahun 1980an.
Jum'at, 14 Oktober 2011, 06:42 WIB
agus trio utomo
Mantan CEO Apple Steve Jobs (REUTERS/Kimberly White)
GOESnews - Kaos turtleneck berlengan
panjang. Warnanya hitam tanpa corak. Berpadu celana jins biru dan sepatu
kets putih. Mungkin itu yang spontan terbersit saat harus memberi
gambaran singkat tentang penampilan pendiri Apple Incorporation, Steve
Jobs.
Penulis buku biografi ternama, Walter Isaacson,
mengungkap alasan mengapa Jobs sengaja membuat isi lemari pakaiannya
monoton. Ia menangkap cerita Jobs dalam sesi wawancara beberapa waktu
lalu, untuk kepentingan karya terbarunya berjudul 'Steve Jobs', yang
terbit akhir bulan ini.
Cerita bermula saat Jobs mengunjungi
pabrik Sony di Jepang pada tahun 1980-an. Jobs melihat semua orang di
dalam pabrik mengenakan seragam. Ia diberitahu seorang pejabat
perusahaan setempat, Akio Morita, bahwa pemakaian seragam dilakukan usai
perang, karena saat itu tak ada yang berpakaian layak.
Seiring
perjalanan, seragam berkembang menjadi identitas perusahaan, yang pada
akhirnya akan membuat pekerja memiliki ikatan kuat dengan perusahaan.
"Sejak saat itu, saya memutuskan harus ada bentuk ikatan untuk Apple,"
kata Jobs kepada Isaacson.
Jobs terpikat dengan seragam karya
desainer Jepang, Issey Miyake, tersebut. Ia lalu meminta Miyake datang
mendesain beberapa rompi bagi pekerja Apple. Sayang, pekerja Apple tak
tertarik dengan rencana pemakaian seragam.
"Saya datang dengan
beberapa sampel seragam, dan berkata kepada semua orang, bahwa akan
sangat mengagumkan jika semua mau mengenakan rompi ini. Tapi nyatanya,
semua mencemooh, dan membenci ide pemakaian seragam ini," kata Jobs.
Gagal
menciptakan penampilan seragam di perusahaannya, ia tak menyerah.
Gagasan memakai seragam masih menyita pikirannya. Ia pun memutuskan
membuat seragam untuk dirinya sendiri. "Ini hanya untuk kenyamanan
sehari-hari dan menjadi gaya khas."
Job kembali menghubungi
Miyake untuk membantu membuat seragam bagi diri sendiri. "Saya
memintanya membuat model turtleneck yang saya suka. Dia membuatkan lebih
100 turtleneck. Itu yang saya pakai. Cukup untuk saya pakai selama sisa
hidup saya," katanya kepada Isaacson sambil menunjukkan tumpukan
turtleneck hitam di lemarinya.
Steve Jobs meninggal dunia pekan
lalu pada usia 56, setelah berjuang melawan kanker selama beberapa tahun
terakhir. Mengiringi kepergiannya, St Croix, perusahaan garmen asal
Minnesota, mengklaim mengalami lonjakan penjualan kaos turtleneck hitam.